DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT | DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT | DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT | DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT | DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT | DIRGAHAYU TENTARA NASIONAL INDONESIA KE-70 "BERSAMA RAKYAT TNI KUAT

Senin, 09 Januari 2012

Membangun Pertahanan Negara Kepulauan


Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut data Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004, Indonesia memiliki 17.504 buah dan tidak semuanya dihuni penduduk. Pulau yang dihuni penduduk pun, pembangunannya tidaklah merata. Terutama pulau-pulau di ujung negeri Republik Indonesia.

Pulau-pulau yang tersebar itu dipisahkan oleh lautan yang luasnya 3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE). Panjang garis pantainya mencapai 81.497 km2; merupakan garis pantai terpanjang di dunia. Jika ditambah dengan ZEE, maka luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta km2 atau 81% dari luas keseluruhan.

Menyadari luasnya wilayah RI, sepertinya postur pertahanan RI seharusnya berorientasi pada kelautan. Dengan meningkatkan kemampuan yang dimiliki Angkatan Laut, dan juga Angkatan Udara. Karena laut dan udara adalah "halaman depan" RI selain juga perbatasan darat. Untuk menjaga "halaman depan" RI ini tak lain dan tak bukan adalah kekuatan Angkatan Laut yang sanggup menjaga wilayah perairan RI dari berbagai ancaman dan gangguan, seperti bajak laut di selat Malaka yang tidak hanya meresahkan Indonesia, tetapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Diperlukan juga Angkatan Udara yang mempu menciptakan air supperiority di wilayah Asia Tenggara agar mampu men-cover setiap jengkal wilayah NKRI termasuk lautannya sekaligus menciptakan efek "detterence" bagi pihak-pihak yang berniat mengganggu kedaulatan RI.

Sekian,

Suryadinata Putra

Ketegangan Iran vs Armada Ke-5 US Navy Di Selat Hormuz Dan Dampaknya Bagi Indonesia


Andai sanksi penolakan terhadap ekspor minyak mentah Iran terlaksana, Pemerintah Iran langsung menutup Selat Hormuz. "Ini strategi kami untuk menentang sanksi pihak musuh," begitu kata seorang Komandan Garda Revolusi Iran Ali-Ashraf Nouri sebagaimana warta media lokal Khorazan, kemarin. (KOMPAS, 2012/01/09)


Om Swastyastu,

Selat Hormuz, adalah selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab. Selat ini terletak antara Teluk Oman dan Teluk Persia. Pada titik tersempit, lebar Selat Hormuz hanya mencapai 54 km. Selat ini merupakan satu-satunya jalur untuk mengirim minyak keluar Teluk Persia. Menurut U.S. Energy Information Administration, setiap hari 15 kapal tanker yang membawa 16,5 hingga 17 juta barel minyak bumi melalui selat ini.

Jadi selat Hormuz bukan sekedar selat yang memisahkan dua negara, tapi lebih dari itu, selat ini adalah selat yang sangat vital bagi kepentingan dunia karena minyak-minyak Timur Tengah yang akan dikirim ke negara-negara di luar Arab harus melalui selat ini, tanpa terkecuali minyak yang akan dikirim ke negara-negara Eropa dan tentu saja Indonesia.

Iran yang mengetahui betapa vitalnya selat ini bagi kestabilan minyak dunia dan tentunya ekonomi, memanfaatkan "potensi" selat Hormuz untuk melakukan strategi defensif apabila Iran dikenai sanksi-sanksi oleh internasional. Strategi Iran ini tentunya sangat berbahaya bagi negara-negara yang menggantungkan stok minyaknya pada Timur Tengah karena dapat menjadi jurus defensif plus menekan balik dunia internasional.

Amerika Serikat yang menyadari efek penutupan selat Hormuz oleh Iran langsung merespons dengan menekan Iran secara diplomatik dan juga secara militer, dengan mengirim US Navy 5th Fleet dengan dilengkapi kapal induk bertenaga nuklir USS John C. Stennis yang mengangkut puluhan pesawat yang dapat mendukung kepentingan AS di selat Hormuz dan bahkan dapat menghadirkan air supperiority AS di wilayah udara selat Hormuz dan sekitarnya.

Inggris pun tak tinggal diam menghadapi ancaman Iran. Menteri Pertahanan Inggris, Phillip Hammond mengatakan siap memerintahkan Royal Navy untuk memberangkatkan HMS Daring, sebuah kapal perang jenis destroyer berteknologi siluman paling gres yang dimiliki Royal Navy. Dengan panjang 152, 4 meter dan bobot sekitar 8.000 ton, HMS Daring sanggup mengangkut helikopter seukuran Chinook.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Presiden SBY telah mengirim surat ke PBB terkait memanasnya situasi di selat tersebut. Indonesia menyadari arti penting selat itu. Pasalnya, minyak yang diolah pada kilang Cilacap, Jawa Tengah (kilang minyak terbesar di Indonesia) diimpor dari Timur Tengah dan didatangkan melalui selat Hormuz. Karena itu, jika selat Hormuz ditutup oleh Iran, otomatis, minyak yang akan diolah pada kilang Cilacap, tidak terpenuhi sehingga kilang tersebut tidak beroperasi. Dan efeknya akan sangat besar, masyarakat akan mengantre untuk mendapatkan BBM karena pasokan BBM yang menjadi sulit, dan tidak menutup kemungkinan ekonomi Indonesia akan kolaps akibat kelangkaan BBM.

Oleh karena itu sebaiknya pemerintah Indonesia mulai memperhatikan secara lebih serius perkembangan geopolitik di selat Hormuz karena menyangkut kepentingan nasional bangsa Indonesia dengan terus mengupayakan perdamaian pihak-pihak yang bertikai sesuai dengan kutipan bunyi pembukaan UUD 1945 yaitu ikut menjaga perdamaian dunia demi kepentingan bersama.

Sekian,

Suryadinata Putra